Friday, April 9, 2010

Arensemen


Ada berbagai macam definisi tentang aransemen. Dalam tulisan ini, yang dimaksud dengan aransemen adalah upaya kreatif menata dan memperkaya sebuah melodi, lagu, atau komposisi, ke dalam format serta gaya yang baru. Mediumnya bisa apa saja, dari instrumen tunggal hingga sebuah orkestra. Hari ini kita hanya akan membincangkan aransemen untuk instrumen tunggal, dengan bahasan khusus pada gitar.

* Membuat aransemen sebetulnya lebih mudah dari membuat komposisi. Sebab, kita tinggal "memungut" bahan yang sudah ada. Sejak zaman manusia mulai mencatat musik hingga zaman kini, ada jutaan atau mungkin puluhan juta melodi, lagu, dan komposisi yang bisa menjadi sumber pembuatan aransemen. Ambil contoh lagu rakyat. Dari Indonesia saja jumlah lagu rakyat amat banyak. Belum lagi lagu-lagu rakyat dari negara lain.

BENTUK PALING DASAR

* Bentuk paling dasar dari sebuah aransemen adalah memainkan memainkan melodi dengan iringan (bas + rhythm). Biasanya dengan menambahkan intro dan coda. Pada keyboard/piano tidaklah sulit. Pada gitar, hal ini tidak selalu mudah karena keterbatasan wilayah nada gitar. Karenanya, kita mesti coba mainkan dulu melodi lagu tersebut. Apakah not tertinggi dan terendah tercakup dalam wilayah nada gitar? Jika tidak, coba ganti nada dasarnya. Bila masih belum bisa juga, kita bisa memenggal lagu ini. Pada bagian yang terlalu tinggi bisa diturunkan satu oktaf. Begitu pula sebaliknya. Namun tidak semua lagu bisa dipenggal begitu saja. Juga perlu diperhatikan apakah tekstur melodi itu bisa dimainkan di gitar. Jalinan melodi yang terlalu njlimet dan cepat mungkin bisa dengan mudah dimainkan di piano, tapi tidak di gitar. Jadi, jangan memaksakan diri. Untunglah, masih lebih banyak lagu yang bisa dengan mudah dimainkan dengan gitar tunggal.

* Bila melodi sudah bisa kita mainkan, langkah berikutnya adalah mencari akor. Bila lagu itu sudah ada di buku lengkap dengan akornya, tentu mudah. Sedikit susah bila kita mendengarkannya lewat rekaman. Namun bila kita sering melakukannya, lama-lama akan terbiasa. Cari akor-akornya dengan benar. Kalau ada akor yang "misterius", cobalah mengutak-atiknya pada instrumen Anda. Tidak selalu dia punya susunan yang njlimet. Terkadang secara fisik dia sebetulnya akor sederhana saja. Misalnya akor Bm7-5 (B minor 7 minus 5) yang tak lain adalah akor Dm dengan bas B.

* Melodi sudah bisa dimainkan pada gitar dan semua akornya pun sudah diketahui. Maka selanjutnya adalah memilih jenis irama. Mau dua hitungan? Empat hitungan? Waltz? Cha-cha? Reggae? Ballad? Mainkan dulu akor-akornya dengan menggunakan irama ini. Masukkan pula pola ritme bas. Bila sudah lancar, cobalah memasukkan melodinya. Masalah biasanya muncul saat kita memainkan melodi pada not-not tinggi. Itu berarti, kita juga harus menggunakan akor pada posisi-posisi yang dekat dengan melodi tadi. Artinya, kita mesti tahu letak sebuah akor dalam berbagai posisi. Pada gitar, misalnya, akor F selain pada posisi I juga bisa ditemui pada posisi III, V, atau VIII.

* Bagi yang belum terbiasa memainkannya langsung pada alat musik, boleh saja menuliskan dulu not-not melodinya pada buku musik. Lantas tambahkan not-not akor dan bas. Baru setelah itu baca dan mainkan.

* Hal yang perlu diperhatikan pada aransemen untuk gitar: kita tidak harus membunyikan semua not yang terkandung dalam sebuah akor. Terkadang hanya dengan satu atau dua not, plus bas, kita sudah bisa mendapatkan hasil yang baik. Contoh: bila ada akor C, kita bisa membunyikan not C dan E saja. Sedangkan not G bisa diabaikan.

MEMPERKAYA ARANSEMEN

* Untuk memperkaya aransemen, kita bisa bermain "bongkar-pasang" pada elemen-elemen dasar musik. Yakni: pola-pola ritmiknya, timbre, serta harmoni. Mari kita tengok satu per satu.

(1) POLA RITMIK

Yang saya maksud pola ritmik adalah pola-pola panjang-pendeknya not-not yang ada dalam aransemen. Baik itu pada melodi ataupun pada birama dasarnya. Contoh simpel pada melodi: not 1 1 / 5 5 / 6 6/ 5 . / bisa kita ubah jadi 1 1_5 / 0 5_6/ 0 6_5/ 0 0/ atau bahkan lebih sederhana lagi 0_1 0 / 0_5 0 / 0_6 0 / 0_5 0 /.

Contoh pada birama adalah mengubah lagu yang berbirama 3/4 menjadi 4/4. Bisa juga kita tetap memakai birama sama tapi mengubah pola ritmik pada basnya saja. Misalnya saja, ada beberapa jenis irama yang berbirama 3/4. Ada waltz ala Wina, waltz ala Amerika Latin, bolero, sampai jazz waltz. Anda boleh juga menciptakan berbagai pola ritmik baru. Yang penting, pendengar masih bisa "menangkap" karakter lagu sesungguhnya.

(2) TIMBRE

Biasa juga disebut tone color atau warna suara. Biola dan gitar memiliki sejumlah teknik untuk menghasilkan warna suara berbeda. Pada gitar, perbedaan posisi jari kanan saja bisa menentukan warna suara lembut atau metalik (sul tasto dan sul ponticello). Beberapa teknik yang lazim digunakan: pizzicato, vibrato, slur/hammering, harmonik oktaf, dan strumming.

Ada juga gitaris yang mempersiapkan khusus gitarnya agar bisa menghasilkan warna suara beda dengan memasang benda-benda tertentu pada senar gitar. Bisa lembaran kertas, selotip, paperclip, hingga jepitan jemuran!

Beberapa komposer gitar kontemporer memiliki cara-cara lebih ekstrem untuk memperoleh timbre unik, yakni dengan menggunakan sendok sebagai pengganti jari kiri atau kanan, membetot senar, hingga menggeseknya dengan kuku.

Bagi pemusik yang bukan pemain gitar atau biola, penjelajahan untuk mencari warna-warna suara baru ini juga terus dikembangkan. Misalnya, menyelipkan remasan koran di bawah dawai-dawai piano, atau menaburkan manik-manik di atas dawai piano. Pemusik tiup pun juga terus menggali teknik-teknik baru untuk mendapatkan warna-warna suara unik yang belum pernah ada sebelumnya.

(3) HARMONI

Untuk praktisnya, saya mendefisikan harmoni ini sebagai seni memilih dan meracik nada-nada yang berbeda untuk dibunyikan simultan ataupun yang berurutan. Lebih praktisnya lagi, harmoni adalah seni memilih dan menggunakan akor. Termasuk pula di dalamnya tangga nada (scale) yang merupakan basis bagi pembentukan akor. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk memperkaya aransemen dengan "bermain-main" di wilayah harmoni.

a) Mengubah progresi akor

Ambil contoh lagu Naik-naik ke Puncak Gunung. Bila kita memakai nada dasar C, maka progresi akornya yang asli adalah C /C /C /C /G7 /G7 /C /C . Kita bisa mengubahnya, semisal menjadi C /Dm /Em /F /C bass G /G7 /C .

b) Memperkaya akor

Yang dimaksud adalah menggantikan akor mayor atau minor "polos" dengan akor-akor 7, 9, 11, 13, dan sebagainya. Pengayaan akor ini juga bisa dikombinasikan dengan perubahan progresi akor. Tentunya harus disesuaikan dengan lagunya.

Masih terkait dengan pengayaan akor, bisa dicoba juga melakukan steman alternatif atau alternate tuning untuk menghasilkan akor-akor baru yang terkadang tak kita duga sebelumnya. Sejak zaman Renaisans hingga masa kini, ada saja musisi instrumen berdawai yang mengubah-ubah urutan tuning standar. Pada gitar, misalnya, ada puluhan alternate tuning yang pernah dikenal. Yang umum dipakai adalah (urutan dimulai dari senar terbesar): D-A-D-Fis-B-E, D-A-D-F-A-D, D-A-D-Fis-C-D, D-G-D-G-B-D, D-G-D-G-Bes-D, E-B-D-Gis-B-E, dan sebagainya.

c) Mengubah scale

Melodi dengan scale mayor, misalnya, bisa saja kita ubah jadi scale blues. Atau, jika memang cocok, bisa saja scale diubah jadi minor. Ada banyak sekali scale lainnya yang tersedia dalam khazanah musik. Dari yang modern sampai yang tradisional, dari yang berisi 12 nada sampai 3 nada.

d) Modulasi

Modulasi adalah pergantian nada dasar. Biasanya memberi efek "refreshing". Dalam ilmu harmoni, melakukan modulasi tidak bisa sembarangan. Ada aturan-aturannya, karena pergantian itu idealnya harus berlangsung mulus hingga pendengar tak merasa kaget. Bila Anda belum sempat mempelajarinya dari buku teori, belajar saja dari berbagai komposisi yang sudah ada. Bisa dari sonata-sonata Scarlatti dan partita-partita Bach hingga lagu-lagu Vina Panduwinata atau Stevie Wonder.

e) Mengubah register

Melodi tak harus ada pada nada tinggi. Bisa saja kita pindahkan ke bagian bas. Atau sebaliknya, melodi yang tadinya ada di nada rendah kita pindahkan ke wilayah nada tinggi.

f) Variasikan tekstur

Tekstur meliputi "ketebalan" maupun "kasar-lembutnya" jalinan antar-nada dalam aransemen. Kita bisa menciptakan tekstur "tebal", misalnya dengan membunyikan melodi, akor, dan bas sekaligus. Bisa juga kita membuatnya jadi "tipis", semisal dengan hanya menyisakan jalinan dua jalur melodi yang berjalan bersama atau bersahut-sahutan.

Kesan "kasar" bisa diperoleh bila melodi, akor, dan bas lebih banyak berbunyi bersamaan. Sebaliknya, kesan "halus" bisa dicapai dengan mengurai melodi, akor, dan bas untuk berbunyi bergantian/bersamaan dalam pola-pola tertentu.

"BUMBU-BUMBU" LAIN

Di luar elemen-elemen dasar musik di atas, kita juga dapat "bermain-main" dengan tempo dan dinamika. Memperlambat atau mempercepat tempo, melembutkan dan mengeraskan volume, bisa menciptakan kesegaran pada aransemen kita.

Beberapa "bumbu" penyegar lain yang bisa dicoba:

- Masukkan efek perkusi. Pada tubuh gitar, ada beberapa bagian yang bila dipukul bisa menghasilkan suara-suara berbeda. Juga ada beberapa teknik menciptakan efek perkusi pada senar yang bisa dicoba. Efek perkusi biasanya menarik perhatian penonton.

- Gunakan vokal Anda. Tak harus dalam bentuk nyanyian, tapi bisa saja bebunyian lainnya. Ragam suara yang bisa dihasilkan suara manusia amatlah luas.

- Tepuk tangan, jentikan jari, dan hentakan kaki, juga dapat dimanfaatkan untuk menambah daya tarik aransemen.

"MODAL" YANG DIPERLUKAN

Untuk membuat aransemen pada instrumen tunggal, ada beberapa "modal" dasar yang kita perlukan:

(1) Tahu semua akor dan juga scale-scale pokok pada instrumen yang kita mainkan. Setidaknya mayor, minor, dan dominant 7th. Akan lebih menguntungkan bila kita juga kenal akor-akor yang lebih kompleks seperti mayor dan minor 7, 11, 13, dan sebagainya.

(2) Memiliki bekal teknik permainan yang memadai untuk bisa memainkan aransemen tersebut. Teknik memang bukan segalanya, namun ia merupakan medium atau "kendaraan" yang bisa mengantar ke tujuan kita: menghasilkan permainan/aransemen yang baik dan asyik didengar.

(3) Kenal, atau lebih bagus lagi sering menyimak berbagai genre musik. Baik itu dari musik tradisi, musik klasik, hingga aneka jenis musik industri. Tontonlah macam-macam konser musik. Dengar dan pelajari aransemen-aransemen orang lain.

(4) Meningkatkan terus pengetahuan dan wawasan musik. Untuk itu, ada banyak buku yang mesti dipelajari (teknik, teori musik) dan juga partitur serta rekaman musik yang mesti kita dengar (ada banyak sekali jenis musik di dunia ini yang mungkin sampai detik ini kita belum pernah mendengarnya).

Sayangnya, kita di Indonesia masih kesulitan mendapatkan bahan-bahan tersebut. Alternatif lain yang bisa kita manfaatkan adalah internet. Di internet tersedia banyak bahan-bahan tersebut. Anda tinggal mencarinya dengan mengetikkan kata-kata kunci lalu mengklik tombol "search". Rekaman musik dari seluruh penjuru dunia dalam jenis yang amat berlimpah juga tersedia banyak (favorit saya adalah www.mp3.com). Karenanya, amatlah bagus jika pihak universitas bisa menyediakan satu komputer multimedia dengan kapasitas memadai untuk mengumpulkan bahan-bahan tersebut.

1 comments:

Very informative post. I just discovered your blog and wanted to say I've enjoyed reading your posts. I'm subscribing to your feed and look forward to hearing from you soon. Thank you for sharing this valuable information. If you would like to test your typing speed and accuracy, please check out my free typing test profile. A typical typing speed is 40 words per minute.

Post a Comment

Semua Komentar Anda Sangat Berguna Untuk Saya, Jadi Mohon berkomentar jangan cuma baca ya !!!!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More